Monday, March 19, 2012

Rajut Ilusi - #DESKRIPSI2


Di antara bayang-bayang hakiki, aku tidak mampu semua ini adalah mimpi ataukah sebuah delusi. Kutembus kabut hampa yang menggenggam petang kelabu. Matahari tenggelam kebalik keremangan atau hilang termakan kepincangan waktu. Udara membisu dan terpancang dalam sunyi senyap, menekanku begitu berang. Pohon-pohon cemara kerdil seperti terbawa keheningan yang memekakan, menari dan bergerak begitu cepat hingga akhirnya luruh ke tanah menyisakan cairan pekat kehitaman. Mereka kembali tegak dalam sekejap, kali ini menjulang. Di sanalah, dari balik cemara yang meranggas kutemukan pandang matamu yang jernih, seperti dian yang menyala. Aku mencoba menggapaimu, wajah yang terbakar pilu. Aku terjebak menuju ketajaman rasa pedihmu yang membayang. Kupijak tanah yang goyah juga rentan, menghambat pergerakanku, daun-daun gugur terhampar bergemerisik.
Biarkan aku hilang.
Aku pun tidak yakin apakah itu kaubersama desah suaramu atau desau angin yang mencoba menipuku. Wajahmu seperti mengambang ke permukaan, mengambang dari tumpukan kenangan yang menyakitkan. Kabut berlari lalu pergi menjadi batas pasti antara kita berdua. Kau terus bersembunyi kedalam memoar. Kucoba mengurai  tirai kabut pekat, mengejar langkah-langkahmu. Kau tetap berlari memunggungiku meninggalkan pecahan-pecahan dari hati yang remuk redam.
Kabut terdiam kembali menyelimuti cemara dan pandanganku. Engkau kini di telan kala, tak tertembus jemariku. Hilang menyisakan jelaga.
Biarkan aku hilang, ya hilang.
Matamu yang sayu meraba dan merangkulku, meski engkau tidak pernah ada disana.
Kuteriakan namamu, ya namamu! Hingga gema itu menyesakan, membunuhku perlahan.
sumber gambar: www.google.com

No comments:

Post a Comment